Monday, July 9, 2007

silabus

SILABUS

Sekolah : SMA

Mata Pelajaran : Biologi

Kelas/Semester : XI/2

Kompetensi dasar

Materi pokok/Materi Pembelajaran

Kegiatan belajar

Indikator

Penilaian

Alokasi waktu (menit)

Sumber/Bahan/Alat

1.1. Mengaitkan struktur fungsi dan proses serta kelainan/penyakit yang dapat terjadi pada system pencernaan makanan pada manusia dan hewan tertentu

1.2.Mengaitkan struktur fungsi dan proses serta kelainan/penyakit yang dapat terjadi pada system respirasi pada manusia dan hewan tertentu

*Sistem pencernaan manusia dan hewan mencakup fungsi, struktur dan proses pencernaan serta alat pencernaan

* Zat-zat makanan yang terdiri dari karbohidrat, lemak, protein, mineral, vitamin

*Struktur fungsi dan alat-alat respirasi

* Kelainan dan penyakit yang terjadi pada system respirasi

* Menampilkan bentuk-bentuk organ pencernaan yang kemudian siswa mencari fungsi dari setiap organ pencernaan secara individu

*Meneliti buku-buku untuk mengetahui penyakit apa yang menyerang system pencernaan makanan secara berkelompok

*Menuliskan alat-alat pencernaan yang lengkap beserta gambarnya secara individu

* Menuliskan data makanan yang harus dikonsumsi agar mencapai komposisi makanan seimbang dan berapa energi yang dibutuhkan dalam sehari-hari secara individu

*Mengidentifikasi makanan yang mengandung karbohidrat, lemat, protein, mineral dan vitamin

* meneliti makanan yang mengandung zat pengawet yang berlebihan yang dapat membahayakan system pencernaan, dikerjakan secara kelompok

*Menampilkan bentuk dari organ-organ respirasi serta bagaimana fungsi dari setiap organ respirasi melalui diskusi kelompok

*Meneliti buku-buku atau literature mengenai struktur dan alat respirasi secara individu

* Mendiskusikan bagaimana Alkohol, rokok, berpengaruh pada system respirasi manusia serta obat-obatan terlarang atau lingkungan yang tidak mendukung system respirasi

* Mendatangi rumah sakit untuk melihat tekhnologi yang dapat membantu system pernapasan serta cara penggunaannya melaui kerja kelompok

§ Menjelaskan struktur, fungsi dan proses dari system pensernaan makanan pada manusia dan hewan

§ Membedakan antara system pencernaan makanan pada manusia dan hewan

§ -Mengidentifikasi kelainan yang terjadi pada system pencernaan makanan

§ Meneliti nilai gizi makanan yang harus dipenuhi dalam setiap harinya

§ Mempertimbangkan apabila terjadi kekurangan atau kelebihan

§ Menerangkan struktur dan fungsi dari system respirasi

§ Menerangkan bagaimana system respirasi bekerja pada manusia dan hewan

§ Menerangkan penyakit yang dapat terjadi pada system respirasi

§ Mencatat alat Bantu pernapasan yang ada pada saat ini

Tugas kelompok, individu, Tanya jawab, sikap, ulangan harian

Tugas kelompok individu, Tanya jawab, ulangan harian, sikap

Tugas individu, kelompok, diskusi kelompok, sikap dan ulangan harian

Diskusi, tugas kelompok, tugas individu, sikap, ulangan harian

2X 45 menit

2X 45 menit

2X 45 menit

2X 45 menit

Sumber :

- Buku pegangan

- Buku-buku paket

Alat :

- OHP, torso, Mikroskop, preparat keering

Bahan :

- LKS, Transparansi, Bahan Presentasi

Sumber :

Buku paket, buku-buku yang relevan

Alat : Komputer, OHP, Torso

Bahan : LKS, Transparansi, bahan Diskusi









Friday, May 25, 2007

Reproduksi

Setiap remaja mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan akses dan informasi tentang kesehatan reproduksi berupa pendidikan seks. Pendidikan seks tidak ditujukan untuk mengajarkan mereka tentang hubungan seks, namun memberi pengetahuan tentang upaya yang perlu mereka tempuh untuk menjaga organ reproduksi mereka.

Demikian diungkapkan Kepala Program Kesehatan Reproduksi World Health Organization (WHO) Indonesia Laura Guarenti di Jakarta, kemarin.

"Sebagai seorang ginekolog, saya berpendapat bahwa kita tidak dapat mencegah remaja untuk tahu lebih banyak tentang informasi kesehatan reproduksi yang benar dan layak," kata Guarenti.

Pada kesempatan tersebut Guarenti juga mengakui akan adanya beberapa kesulitan dan hambatan dalam mensosialisasikan topik kesehatan reproduksi terhadap remaja Indonesia.

"Berbicara dan membawa topik mengenai kesehatan reproduksi pada remaja di Indonesia memang bukanlah permasalahan yang mudah karena pada beberapa bagian tampak seakan berhadapan langsung dengan budaya dan norma yang dipegang oleh sebagian besar masyarakat," ujarnya.

Tetapi, Guarenti menambahkan, justru itu adalah tantangan tersendiri bagi semua pihak terkait agar mampu mengemas informasi kesehatan reproduksi sedemikian hingga sesuai dengan budaya Indonesia. Topik mengenai kesehatan reproduksi terkadang dianggap tabu oleh sebagian masyarakat sehingga tidak jarang remaja memperoleh pemahaman yang salah mengenai hal tersebut.

Menurut Guarenti, merebaknya kasus HIV/AIDS di kalangan remaja di beberapa negara di Afrika salah satunya diakibatkan oleh kurangnya pemahaman remaja terhadap kesehatan reproduksi. "Yang perlu digarisbawahi adalah mengangkat topik tentang kesehatan reproduksi di kalangan remaja itu tidak sama dengan menyodorkan alat kontrasepsi ke remaja," katanya.

Sasaran sosialisasi program kesehatan reproduksi di kalangan remaja memang lebih pada menanamkan kesadaran akan arti pentingnya kesehatan reproduksi mengingat masih banyak keluarga atau orang tua yang tidak memberi cukup ruang bagi anak-anaknya untuk bertanya tentang kesehatan reproduksi.

"Agar remaja memiliki pemahaman tentang kesehatan reproduksi dari sisi medis tentunya," kata Guarenti.

Pada jangka panjangnya, seorang remaja yang telah memiliki pengetahuan memadai tentang kesehatan reproduksi diharapkan dapat menerapkan pengetahuannya sehingga dapat hidup lebih sehat dan kala dia telah dewasa mampu mewariskan pengetahuan serupa pada anak-anaknya
Setiap remaja mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan akses dan informasi tentang kesehatan reproduksi berupa pendidikan seks. Pendidikan seks tidak ditujukan untuk mengajarkan mereka tentang hubungan seks, namun memberi pengetahuan tentang upaya yang perlu mereka tempuh untuk menjaga organ reproduksi mereka.

Demikian diungkapkan Kepala Program Kesehatan Reproduksi World Health Organization (WHO) Indonesia Laura Guarenti di Jakarta, kemarin.

"Sebagai seorang ginekolog, saya berpendapat bahwa kita tidak dapat mencegah remaja untuk tahu lebih banyak tentang informasi kesehatan reproduksi yang benar dan layak," kata Guarenti.

Pada kesempatan tersebut Guarenti juga mengakui akan adanya beberapa kesulitan dan hambatan dalam mensosialisasikan topik kesehatan reproduksi terhadap remaja Indonesia.

"Berbicara dan membawa topik mengenai kesehatan reproduksi pada remaja di Indonesia memang bukanlah permasalahan yang mudah karena pada beberapa bagian tampak seakan berhadapan langsung dengan budaya dan norma yang dipegang oleh sebagian besar masyarakat," ujarnya.

Tetapi, Guarenti menambahkan, justru itu adalah tantangan tersendiri bagi semua pihak terkait agar mampu mengemas informasi kesehatan reproduksi sedemikian hingga sesuai dengan budaya Indonesia. Topik mengenai kesehatan reproduksi terkadang dianggap tabu oleh sebagian masyarakat sehingga tidak jarang remaja memperoleh pemahaman yang salah mengenai hal tersebut.

Menurut Guarenti, merebaknya kasus HIV/AIDS di kalangan remaja di beberapa negara di Afrika salah satunya diakibatkan oleh kurangnya pemahaman remaja terhadap kesehatan reproduksi. "Yang perlu digarisbawahi adalah mengangkat topik tentang kesehatan reproduksi di kalangan remaja itu tidak sama dengan menyodorkan alat kontrasepsi ke remaja," katanya.

Sasaran sosialisasi program kesehatan reproduksi di kalangan remaja memang lebih pada menanamkan kesadaran akan arti pentingnya kesehatan reproduksi mengingat masih banyak keluarga atau orang tua yang tidak memberi cukup ruang bagi anak-anaknya untuk bertanya tentang kesehatan reproduksi.

"Agar remaja memiliki pemahaman tentang kesehatan reproduksi dari sisi medis tentunya," kata Guarenti.

Pada jangka panjangnya, seorang remaja yang telah memiliki pengetahuan memadai tentang kesehatan reproduksi diharapkan dapat menerapkan pengetahuannya sehingga dapat hidup lebih sehat dan kala dia telah dewasa mampu mewariskan pengetahuan serupa pada anak-anaknya



Setiap remaja mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan akses dan informasi tentang kesehatan reproduksi berupa pendidikan seks. Pendidikan seks tidak ditujukan untuk mengajarkan mereka tentang hubungan seks, namun memberi pengetahuan tentang upaya yang perlu mereka tempuh untuk menjaga organ reproduksi mereka.

Demikian diungkapkan Kepala Program Kesehatan Reproduksi World Health Organization (WHO) Indonesia Laura Guarenti di Jakarta, kemarin.

"Sebagai seorang ginekolog, saya berpendapat bahwa kita tidak dapat mencegah remaja untuk tahu lebih banyak tentang informasi kesehatan reproduksi yang benar dan layak," kata Guarenti.

Pada kesempatan tersebut Guarenti juga mengakui akan adanya beberapa kesulitan dan hambatan dalam mensosialisasikan topik kesehatan reproduksi terhadap remaja Indonesia.

"Berbicara dan membawa topik mengenai kesehatan reproduksi pada remaja di Indonesia memang bukanlah permasalahan yang mudah karena pada beberapa bagian tampak seakan berhadapan langsung dengan budaya dan norma yang dipegang oleh sebagian besar masyarakat," ujarnya.

Tetapi, Guarenti menambahkan, justru itu adalah tantangan tersendiri bagi semua pihak terkait agar mampu mengemas informasi kesehatan reproduksi sedemikian hingga sesuai dengan budaya Indonesia. Topik mengenai kesehatan reproduksi terkadang dianggap tabu oleh sebagian masyarakat sehingga tidak jarang remaja memperoleh pemahaman yang salah mengenai hal tersebut.

Menurut Guarenti, merebaknya kasus HIV/AIDS di kalangan remaja di beberapa negara di Afrika salah satunya diakibatkan oleh kurangnya pemahaman remaja terhadap kesehatan reproduksi. "Yang perlu digarisbawahi adalah mengangkat topik tentang kesehatan reproduksi di kalangan remaja itu tidak sama dengan menyodorkan alat kontrasepsi ke remaja," katanya.

Sasaran sosialisasi program kesehatan reproduksi di kalangan remaja memang lebih pada menanamkan kesadaran akan arti pentingnya kesehatan reproduksi mengingat masih banyak keluarga atau orang tua yang tidak memberi cukup ruang bagi anak-anaknya untuk bertanya tentang kesehatan reproduksi.

"Agar remaja memiliki pemahaman tentang kesehatan reproduksi dari sisi medis tentunya," kata Guarenti.

Pada jangka panjangnya, seorang remaja yang telah memiliki pengetahuan memadai tentang kesehatan reproduksi diharapkan dapat menerapkan pengetahuannya sehingga dapat hidup lebih sehat dan kala dia telah dewasa mampu mewariskan pengetahuan serupa pada anak-anaknya